Mandi Balimau Jelang Ramadhan: Sebuah Tradisi Yang di Salah Artikan
Ramadhan semakin dekat, happy ramadhan rindu ramadhan, bulan yang penuh barokahampunan, Pokoknya banyak pahala yang bakal kita dapat, ingat kata ALLAH, “Fastabiqul Khoirot” berlomba lombalah dalam kebaikan.
Berhubung bentar lagi ramadhan, kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai mandi balimau menurut islam yang sering di ributkan oleh banyak orang dan banyak juga yang menjadikannya ajang politik (kampanye menjelang pemilihan kepala daerah) dengan memanfaatkan itu (sebel banget kan?)
BALIMAU dalam terminologi orang Minang adalah mandi menyucikan diri (mandi wajib, mandi junub) dengan limau (jeruk nipis), ditambah ramuan alami beraroma wangi dari daun pandan wangi, bunga kenanga, dan akar tanaman gambelu, yang semuanya direndam dalam air suam-suam kuku. Lalu, dibarutkan (dioleskan) ke kepala.
“Ramuan tradisional untuk balimau tersebut adalah warisan turun-temurun sejak dulunya, sejak puluhan tahun lalu bahkan konon sejak ratusan tahun lalu. Sungguhpun tradisi ini telah mulai hilang atau sengaja dihilangkan, karena ada kalangan alim ulama diranah minang sendiri , menganggap tradisi “balimau“ sebagai perbuatan bid’ah, namun bagi kami apapun celaan terhadap tradisi ini, selayaknya “ Tradisi balimau” tetap dipelihara dan dilestarikan.
Memang dalam Islam tak ditemukan ajaran seperti Balimau ini. Itulah sebabnya, tradisi ini sempat melahirkan kecaman dari tokoh agama. Tradisi ini dinilai peninggalan Hindu yang umatnya mensucikan diri di Sungai Gangga, India.
Balimau dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk memuja dewa Surya pada pertengahan Januari, kemudian ada Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar sesama yang dilakukan pada Juli-Agustus, lalu Vasanta Panchami pada Januari-Februai sebagai pensucian diri menyambut musim semi.
Besok kan Puasa, nggak bisa ngapa-ngapain, jadi Balimau Kasai dijadikan hari terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan hari.